Search

Sekaleng Ilmu

ليس لسلطان العلم زوال – Para penguasa ilmu tidak akan pernah sirna

Category

Bandung

Konsisten Itu Penting, Tidak Peduli Sedikitnya Jumlah, Terus Belajar

Belajar dari keberjalanan Udrussunnah Akhawat dari semester ke semester selanjutnya, dari tahun ke tahun berikutnya.

Sebagian ulama salaf mengatakan,

مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا

“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”

Seorang PEREMPUAN yang sangat CERDAS pernah meriwayatkan suatu hadits Nabi yang mulia. Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.(HR. Muslim no. 783)

Berawal ditahun 2013 dan sekarang sudah memasuki tahun 2016 (sudah tahun ketiga) Mahad Udrussunnah Bandung untuk akhwat sudah berjalan.

Sudah banyak kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Berjalan dengan keterbatasan jumlah SDM, dengan jumlah pengurus dan peserta yang mungkin jari tangan sudah terlampau lebih cukup untuk menghitung jumlah mereka, namun itu bukan jadi halangan dan pemutus semangat.

Mereka terus konsisten untuk terus belajar, ngaji kitab, selesai satu pindah ke judul yang lain begitu seterusnya dari semester ke semester selanjutnya dari tahun ketahun selanjutnya atau sesuai kesepakatan dengan Ustadz yang membina mereka yang berdedikasi tinggi.

Ada hal yang menarik dari hal ini, sungguh ke istiqomahan itu penting, konsisten itu penting, terus belajar dan terus belajar. Barangkali dengan hal tersebut Allah karuniakan pengajar yang MasyaaAllah -menurut saya- memang tidak ada 2 nya lagi untuk mereka (Peserta Mahad Udrussunnah Akhwat)

Pertama, Ustadz Abu Umar Indra Hafidzahullahu (Pembina Udrussunnah Bandung) tak beberapa lama kemudian di ganti oleh Ustadz Yahya Abdul Aziz-hafidzohullah dan terus hingga saat ini dan semoga di semester depan juga (karena beliau paling lama membina, membimbing, dan bedidikasi untuk Udrussunnah Akhwat)

Dua ustadz tersebut masing-masing punya komentar dan cerita unik masing-masing tatkala mengajar mereka (Udrussunnah Akhwat). Sebuah cerita yang cukup menarik untuk dibagikan adalah sebuah perlakuan dari kedua ustadz tersebut terhadap mereka (Udrussunnah Akhwat) dalam mengajar.

Beliau (2 ustadz tersebut) pernah melakukan pengajaran by phone di suatu kesempatan yang berbeda demi TETAP terlaksana nya dars di hari dan waktu yang sudah ditentukan. Ustadz Abu Umar pernah bercerita langsung ke saya, beliau pernah mengajar by phone (karena ada suatu halangan yg benar-benar gak bisa ditinggalkan) karena dars BAGAIMANAPUN juga harus tetap berjalan sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Lalu, Ustadz Yahya Abdul Aziz-hafidzohullah juga pernah melakukan hal yang sama ternyata. berdasarkan cerita dari salah seorang teman. Suatu ketika Bandung sedang MACET Se-MACET nya you know lah Bandung~~. jadilah Ustadz Yahya terjebak macet dan pastinya telat ke masjid dimana seperti biasa peserta Mahad Udrussunah Akhwat sudah menunggu untuk belajar. Akhirnya beliau rehat dan menghentikan motornya di pinggir jalan, lalu beliau memulai dars nya by phone untuk akhwat yang ada di masjid. melakukan hal yang mirip-mirip yang dilakukan oleh Ust. Abu Umar sebelumnya.

Kalo dipikir-pikir, mungkin keputusan untuk Mahad LIBUR dihari itu sangat bisa sekali dan CUKUP BERALASAN (udzur). tapi ustadz berpikir dars tidak boleh libur, akhwat harus terus belajar. karena 1 kali saja amalan kita terputus (libur, males ngaji, dst) maka dipertemuan selanjutnya kita akan kehilangan momentum, Ya, Momentum amal shaleh, momentum kebaikan yang momentum itu hanya kita dapatkan ketika kita terus konsisten dalam melakukan kebaikan.

Nah, begitulah semoga Allah membalas kesungguhan kita dalam menuntut ilmu dengan balasan kesungguhan para pengajar (Da’i) dalam membina umat dan membina kita semua. Allah berikan mereka (Udrussunnah Akhwat) pengajar yang sampai sebegitunya (atau ada banyak pengorbanan lain sebenernya yang tidak kita diketahui) dengan sebab -mungkin- juga karena kesungguhan mereka (Udrussunnah Akhwat) dalam belajar.

Catatan mereka juga sudah mulai rapih dan semoga seterusnya bisa lebih rapih lagi. dapat di akses di http://mahad.udrussunnah.or.id/

1. http://mahad.udrussunnah.or.id/…/catatan-fiqih-mahad-udrus…/
2. http://mahad.udrussunnah.or.id/…/catatan-mahad-aqidah-17-o…/
3. http://mahad.udrussunnah.or.id/…/catatan-fiqh-17-oktober-2…/
4. http://mahad.udrussunnah.or.id/…/catatan-mahad-aqidah-sabt…/
5. http://mahad.udrussunnah.or.id/…/catatan-aqidah-mahad-sabt…/
6. http://mahad.udrussunnah.or.id/…/catatan-fiqh-mahad-sabtu-…/
7. http://mahad.udrussunnah.or.id/…/catatan-aqidah-19-desembe…/
8. http://mahad.udrussunnah.or.id/…/catatan-fiqh-12-desember-…/
9. dst……..

mahad udrussunnah3

mahad udrussunnah2

mahad udrussunnah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)

http://www.mahad.udrussunnah.or.id
http://www.nasihat.or.id
http://www.mahadmuhandis.com/

‪#‎mahad‬ ‪#‎muhandis‬ ‪#‎akhwat‬ ‪#‎udrussunnah‬ ‪#‎istiqomah‬ ‪#‎konsisten‬

25 Ribunya Tidak Sama Dengan 25 Ribuku

Kemarin siang, Alhamdulillah diberi kesempatan waktu luang untuk survey mencari tanah-tanah di pelosok desa untuk rencana penanaman tanaman di tahun ini, semoga diberi kelancaran InsyaaAllah.

Melihat kesederhanaan para petani sungguh menyelekitkan hati. Mereka bisa hidup dengan rasa syukur yang tinggi, tanpa beban dan penuh senyum ringan dalam wajah-wajah mereka.

Saat melewati para ibu-ibu petani mereka menebarkan kesenyuman keramahan dan nampak di wajahnya rasa ceria akan apa yang mereka kerjakan (Terlihat Ikhlash banget, tapi Wallahualam)

Mungkin orang-orang di kota, atau para pegawai/pekerja di kantoran sulit untuk bekerja dengan enjoyable banget.

Saya: Kalo saya harus bayar mereka per hari berapa biasanya pak?
Guide: disini 25rb/hari masih dapet untuk ibu-ibu nya, kalo bapak-bapak 35rb/hari + dikasih makan 1 kali.
Saya: (seneng karena muraahhh banget cost nya~~~), tapi disatu sisi kok bisa ya mereka hidup dengan penghasilan segitu? dan mau di gaji perhari sebesar itu?

Jpeg
Spot #3

Bahagia itu benar-benar ada di hati yang Allah karuniakan pada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Semakin tinggi rasa Qona’ah kita, maka itu hakikat nya diri ini semakin merasa kaya.

Tak terbayangkan buat saya, 25rb itu kadang kala hanya cost untuk 1 kali makan saya di kampus, kadang kala 25rb juga bisa 2 kali atau 3 kali makan/hari. Belum untuk beli minum atau belum juga kalo lagi gatel suka beli snack2 untuk ngemil.

Kalo para petani, dengan uang segitu dia harus makan untuk dirinya, keluarga, memenuhi kebutuhan pribadi, pakaian, tempat tinggal, dst? Bisa? Ya, bisa buktinya mereka masih saja hidup kok. Alhamdulillah

Masing-masing dari manusia sudah jelas dan tertulis rezeki-Nya dan tidaklah manusia akan di wafatkan kecuali seluruh rezeki nya (ingat, seluruh rezeki nya) sudah Allah selesaikan untuk nya di dunia.

Jpeg
Spot #2

Jika kekayaan adalah rahasia kebahagian, maka benarlah orang-orang kaya akan senantiasa menari-nari atas kebahagiannya tersebut. Tapi siapa yang bisa melakukan hal tersebut dengan tulusnya? Ya, bukan orang-orang kaya namun Anak-anak miskin lah yang bisa melakukan itu dengan riang gembira.

Deni Setiawan
Bandung, 1/1/16

Sepenggal Kisah Ta’aruf dengan Bahasa Arab: Berproses dan Kesabaran

Tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah Islam atau pesantren dan semisalnya bukan halangan untuk terus belajar seperti beberapa orang yang diberikan kesempatan seperti mereka.

Mendekati akhir-akhir tahun 2010

Di tahun ini semua kisah ini dimulai, ketika saat itu rasa ingin tahu, rasa ingin bisa, dan rasa ingin belajar Bahasa Arab mulai tumbuh. Entah dari mana cuma Allah azza wa jalla karuniakan hal tersebut tetiba terbesit dalam hati.

“Saya harus bisa dan mulai belajar Bahasa Arab, Bahasa nya Al-Quran….!”

Alhamdulillah, cepat sekali terjawab.

Waktu itu saya langsung inisiatif googling dimana tempat les-les Bahasa Arab yang ada tidak jauh dari rumah. Seketika ada seorang teman yang memberi informasi bahwa di daerah X ada kajian Bahasa Arab dasar. Super dasar? Ya, dasar banget katanya….

Oke, di waktu yang tepat saya langsung ke TKP sepulang sekolah dan setelah melihat-lihat brosur dan dompet pribadi saat itu, ok bismillah cocok dan mulai lah saya belajar. Saat itu orang tua hanya mau support saya untuk les Bahasa Inggris dan bimbel sedangkan untuk les Bahasa Arab harus mengeluarkan uang dari kocek pribadi.

Kitab Bahasa Arab yang pertama kali saya sentuh adalah buku yang di pakai di Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu Durusul Lughoh Al Arabiyah Gontor. Kitab ini bisa dibilang adalah buku pusakanya Gontor. Mendengar Gontor yang terbesit saat itu adalah sosok Kakak dari Ibu saya yang kebetulan beliau adalah lulusan Gontor dan sekarang punya pesantren di kota Medan, semoga Allah senantiasa menjaga beliau (perantau sejati).

Durusul Lughoh Al Arabiyah Gontor

Buku ini sudah bertahun-tahun dan turun temurun diajarkan di Kuliatul Mu’alimin Islamiyah (KMI) Pondok Modern Gontor dan pondok-pondok pesantren alumninya. Ditulis oleh Imam Zarkasi dan Imam Syubani dan diperuntukkan untuk para pemula dalam belajar bahasa Arab.

Kenangan saya terhadap buku itu cukup kuat, hasil nya adalah buku mufradat kecil yang sampai sekarang masih tersimpan baik untuk menghafal kosakata-kosakata baru dalam Bahasa Arab dan saat itu bersamaan juga dengan menambah vocabulary dalam Bahasa Inggris (gambar nya sudah dekil). Fokus belajar dua bahasa saat itu cukup menyenangkan terlebih Bahasa Arab yang sangat-sangat asing dan belum pernah terbayang bisa diberikan kesempatan untuk mempelajarinya. Waktu itu saya dapat pengajar dari LIPIA, Alhamdulillah banyak sekali faidah yang bisa didapat.

Januari 2011 – Maret 2011

Dalam interval waktu ini, amanah keorganisasian yang melelahkan di SMA mulai berdatangan bertubi-tubi tak kenal ampun. Jadwal belajar sudah mulai terganggu, tapi keinginan belajar masih tetap ada. Terlebih lagi, baru awal-awal mengenal Manhaj Salaf maka semakin bertambah semangat dan keinginan untuk bisa baca kitab-kitab yang biasa Ustadz tenteng kemana-mana saat mereka ngisi.

Waktu itu Allah takdirkan dipertemukan dengan salah seorang Ustadz yang boleh dibilang paling berjasa sepanjang hidup saya (karena pemahanan-pemahaman dasar bahasa arab) lebih kurang dibangun saat saya belajar dengan beliau.

Kitab yang pertama kali dipelajari saat itu adalah Al-Muyassar fii ilmi Nahwi jilid 1 karya Ustadz Aceng Zakaria dan Mukhtashor ‘Ilm Sharf wa Nahwi. Alhamdulillah pada fasa ini untuk pertama kalinya juga saya dibimbing untuk membaca kitab gundul dan hasilnya SAYA BELUM BISA…

Hampir putus asa, kok ternyata susah ya, padahal cuma ingin bisa baca saja, belum ditambah disuruh mengartikan dan sebagainya. Kitab gundul pertama yang dibaca waktu itu adalah Kitab Manhaj Al Firqatun Najiyah Wa Thaifah Al Manshurah, Penyusun: Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu.

Kitab Manhaj Al Firqatun Najiyah wa Thaifah Al.jpg

Bisa langsung baca? Tentu tidak…Perjalanan masih panjang nak…Sabar…

Maret 2011-Mei 2012

Disini perjalanan terberat bagi saya untuk tetap istiqomah dan terus belajar. Terbesit sebuah pertanyaan pada diri sendiri, apakah sebodoh inikah diri saya? Sudah mengorbankan waktu, uang, tenaga dan lain sebagainya tapi kok masih belum paham-paham juga.

Di interval waktu ini pun, awal pendakian di medan penuh rintangan akan dimulai tentunya setelah membawa bekal yang boleh dikatakan kurang lebih “cukup” dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Semua cara dilakukan dan semua kesempatan yang ada kaitannya dengan Bahasa Arab coba saya ambil.

Ada beberapa kisah unik:

Biasanya selain belajar mandiri (otodidak), mendengarkan rekaman kajian-kajian nahwu sharaf dan semisalnya, saya sering menjadi “pengemis” ke semua orang yang saya lihat potensial untuk mengajarkan saya agar bisa memahami Bahasa Arab yang “Sulit” (persepsi saat itu).

  1. Pernah bolak-balik Depok-Bekasi karena disana saya mendapatkan satu orang Ustadz yang mau ngajarin saya kitab Jurumiyyah menggunakan Syarah Jurumiyyah Syaikh Shalih Al-Utsaimin. Tidak sampai tamat 100% dan sisanya belajar sendiri. Kitab ini merupakan kitab berbahasa arab pertama yang pernah saya miliki seperti saya pernah menulis dipostingan lain di blog ini

Syarah Jurumiyyah Syaikh Shalih Al-Utsaimin.jpg

  1. Kenangan indah bersama Al-Muyassar fii ilmi Nahwi jilid 1. Kitab ini kitab paling butek dan kusut yang pernah saya punya. Berapa kali saya mengulang kitab ini dengan guru yang berbeda? (Empat kali) 4x. Uniknya sebanyak 4 kali saya mengulang dengan pengajar yang berbeda maka sebanyak 4 putaran pengulangan tersebut pula saya selalu menemukan faidah-faidah baru yang tidak ditemukan di pengulangan sebelumnya.
  1. Ada kisah menarik, pengalaman pribadi saat mengulang kitab Al-Muyassar fii ilmi Nahwi jilid 1 ini dengan salah seorang guru. Saya bolak-balik pergi ke rumah beliau. Saya gerecokin beliau ditengah kesibukannya waktu itu, mungkin bisa disebut seperti mulazamah tapi mungkin sudah keterlaluan dan mungkin merepotkan. Pernah saat memasuki bagian LATIHAN di kitab tersebut, saya akhirnya menyerah dan bingung jawabannya seperti apa. Sang pengajar pun tetap membiarkan hingga saya benar-benar bisa menjawab dengan benar. Pantang diberi tahu jawabannya sebelum saya sendiri menjawabnya dengan benar. Untuk beberapa latihan-latihan soal yang tidak bisa saya jawab, selama saya masih bisa berfikir maka selama itu pula Ustadz tersebut menunggu jawaban saya.

Ustadz  : Gimana udah ketemu jawabannya?

Saya       : Belum Ustadz, bingung, gak kebayang baca nya gimana…

Ustadz  : (nyeduh kopi……)

Ustadz  : Kaif ??

Saya       : Nyerah deh Ustadz, kasih tau aja….

Ustadz  : (makan dulu…..)

Saya       : Mentok banget Ustadz, Irob nya apa ya?

Pengalaman pribadi pernah sampai 30-45 menit lamanya saya dicuekin seperti itu, hingga benar-benar saya yang menjawabnya sendiri dengan benar.

Capek? Iya… Lelah? Tentu saja…

  1. Kenangan bersama Durusul Lughoh Al Arabiyah Jilid 3. Kenangan ini menjadi pelajaran berharga. Terutama mental seorang pejuang pembelajar yang seharusnya tak gampang mundur, tak mudah sakit hati, dan jangan baper kalo dimarahin oleh guru

Durusul Lughoh Al Arabiyah Jilid 3..jpg

Saat itu saya sudah pernah belajar Durusul Lughoh Al Arabiyah Jilid I, Sedangkan Durusul Lughoh Al Arabiyah Jilid 2 waktu itu cuma sebatas baca-baca saja sendiri dan dan alhamdulillah diberi kesempatan kembali untuk “merepotkan” seorang Ustadz untuk belajar kitab ini dan sebagian pembahasan dari Kitab Mulakhkhos Qowa’idul Lughoh Al-Arobiyah.

mulakhos-lughotul-arobiyyah.jpg

Cuma tipikal Ustadz ini cukup berbeda dari yang lainnya.

Ustadz  : Yah, masa kaya gini aja gak tau ente! Percuma Ente udah belajar kitab A, B, C….

Saya       : Bentar Ustadz, lagi mikir dulu nih…

Ustadz  : Udah lahh, ngulang dulu kitab ini deh sana, baru kesini lagi…!!

Saya       : #Jleb #Jleb #Jleb

Sudahlah, bagian itu tidak perlu diceritakan…. Tapi terlepas dari itu semua, saya banyak mendapatkan pelajaran berharga dari beliau terutama dari metode-metode dan cara mengajar yang benar.

Juni 2012- Pertengahan 2014

Kenangan bersama Al-Arabiyyatu Bayna Yaadayk Jilid 1-3 dimulai walaupun gak sampai tamat 100%. Alhamdulillah, saya punya beberapa teman yang mondok dibeberapa pesantren yang tentunya tatkala libur kita bisa saling bertemu.

Seperti biasa mental “Pengemis” itu muncul kembali jika melihat ada orang-orang hebat seperti mereka terlebih lagi jika orang mondok pasti kemampuan verbal mereka keren dan mantap-mantap. Oleh karena itu saya minta diajarin oleh mereka untuk menyelesaikan kitab ini dan diakhiri dengan latihan saat liburan kuliah segera berakhir.

Al-Arabiyyatu Bayna Yaadayk.png

Ternyata Speaking dan Writing di Bahasa Arab memiliki tantangan tersendiri dan hingga saat ini pun masih menjadi tantangan untuk menjadi lebih baik kedepan.

Pertengahan 2013

Setelah berdiskusi kepada orang-orang yang sangat berjasa dalam hidup saya diatas, untuk pertama kalinya saya mencoba mengajar orang lain Bahasa Arab. Saya coba buka kelas online waktu itu. Sederhana sekali, dengan berbasis platform www.wiziq.com saya memulai “sharing ilmu” apa yang telah saya dapatkan kepada adik-adik saya di SMA dulu.

wiziq.jpg

Alhamdulillah semangat belajar mereka tinggi. Ada secerca kenangan-kenangan menarik disana. Terlebih setelah mengetahui beberapa dari mereka sekarang sedang menempuh pendidikan di jenjang selanjutnya dan memiliki kesibukan masing-masing. Alhamdulillah, semoga mereka diberikan keistiqomahan untuk terus menuntut ilmu.

Akhir 2014- Sekarang

Murajaah, Terus Praktek, dan Ajarkan….

Itu sebuah nasihat emas yang terus menancap dari guru-guru senior yang pernah mengajarkan ilmu ke saya. Pada interval waktu ini, mengulang-mengulang menjadi hal yang urgent. Kitab Mulakhkhos Qowa’idul Lughoh Al-Arobiyah sempat mengulang untuk kedua kalinya di fasa ini. Letih dan mulai futur itu pasti saja ada, terlebih jika kita semakin menjauh dari ilmu. Merasa sudah bisa dan lain sebagainya. Di fasa ini juga Alhamdulillah, dapat kesempatan belajar Al-Muyassar fii ilmi Nahwi jilid 2/3 kepada seorang ustadz dari LIPIA semester 8 (saat itu) yang kebetulan “saya culik” untuk nginep di kamar saya selama 10 hari dan dengan kitab yang sama pula di Bandung ada Ustadz yang rutin mengajar kitab Al-Muyassar fii ilmi Nahwi jilid 2/3.

Al-Muyassar fii ilmi Nahwi jilid 3..jpg

Entah mengapa saya senang mengulang-ulang kitab yang sama beberapa kali, karena hampir bisa dipastikan (seperti cerita saya diatas) bahwa akan selalu ada faidah-faidah menarik dan tak terpikirkan sebelumnya di pengulangan-pengulangan tersebut. Percaya atau tidak silahkan dibuktikan sendiri. Ada kitab menarik untuk dibaca yang kebetulan sekarang saya sendiri sedang mencoba menghabiskan  kitab  ini, yaitu Al-Qawa’id Al-Asasiyyah lil-Lughah Arabiyyah. Banyak sekali rekaman-rekaman yang tersedia di internet. Sarana-sarana ilmu begitu banyak dan menyebar luas.

qawaidul asasiyah li lughatil arabiyah.png

Metode Mengajar

Pada fase ini, timbul motivasi ingin mencontoh salah seorang Ustadz yang pernah mengenalkan saya Bahasa Arab (hingga saat ini pun masih). Ada cita-cita, saat kita “sharing ilmu” yang ilmu itu adalah ilmu yang dasar sekali, maka insyaallah semoga dengan bekal tersebut orang yang kita ajarkan akan terus menggunakan ilmu nya tadi sebagai kunci utama ke jenjang selanjutnya. Terlebih lagi Bahasa Arab dengan sejuta keutamaannya. Tipe-tipe murid pun bermacam-macam. Pernah diberikan kesempatan untuk “sharing” ilmu dengan beberapa teman-teman aktivis dakwah di kampus yang ternyata kemampuan Bahasa Arab mereka sangat minim sekali, pernah juga dihadapkan dengan mahasiswa-mahasiswa yang kritis, pernah juga berhadapan dengan bapak-bapak yang sudah lanjut usia namun masih memiliki jiwa pemuda untuk mau belajar Bahasa Arab, pernah juga berhadapan dengan orang-orang di Kota dan orang-orang penuh kesederhanaan di Desa. Semuanya punya tantangan dan kendala tersendiri.

Orang berpendidikan tinggi (Kalangan Mahasiswa, Pemuda, etc):

Biasanya bisa cenderung bisa lebih cepat karena daya tangkap dan semangat mereka menggebu-gebu.

Orang berpendidikan rendah (biasa dari orang-orang desa, Ibu-Ibu, Bapak-Bapak di kampung yang sudah tua:

Biasanya harus sabar dan sabar untuk mengajari mereka, terkadang kita harus bisa memahami kondisi mereka dan tidak bisa menyamakan irama pengajaran dengan orang-orang yang tidak semisal dengan mereka. Namun pada umumnya semangat dan kegigihan mereka perlu dihargai dan di apresiasi.

Beberapa rekaman pengajaran sebagian ada yang ter dokumentasi dengan baik dan ada yang memang tidak ingin di dokumentasi-kan. Setelah didengarkan ulang ternyata masih ada kesalahan dan banyak istilah yang dipermudah untuk mendekatkan pemahaman kepada orang-orang yang level pengajarannya harus di buat sedemikian rupa sehingga bisa dicerna dengan baik. Salah satu yang ter dokumentasi dengan baik dapat didengar disini.

https://archive.org/details/Muyassar1

muyassar archive.PNG

Jangan enggan untuk berbagi ilmu, kita tidak sekaliber Ustadz, tapi setidaknya ada banyak orang yang butuh dengan ilmu sesuai kadar dan kemampuan mereka masing-masing, mengapa kita tidak fasilitasi sesuai kapasitas diri kita? Tidak semua pertanyaan harus bisa kita jawab, tidak semua pertanyaan kita harus tau jawabannya. Diatas langit masih ada langit yang menjulang tinggi. Terus belajar, diskusi, dan bertanya kepada yang lebih berilmu, jika kita tidak tahu atau mengalami kesulitan dalam mengajar.

Bahasa Arab di Islamic Online University (IOU)

Kita harus bersyukur karena kita dilahirkan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan penduduk di negara-negara lain, mayoritas orang Indonesia sudah familiar dengan kosa kata dalam Bahasa Arab. Mengapa? Karena banyak sekali serapan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia.

Selama kuliah di IOU di semester 2 dan 3 yang lalu saya mendapatkan tiga mata kuliah wajib yang langsung diampu oleh Dr. Abu Ameenah Bilal Philips, yaitu Arabic 100, Arabic 101, dan Arabic 102. Materinya tidak sulit, namun yang sulit adalah memahami istilah-istilah umum di Nahwu dan Sharaf dalam Bahasa Inggris yang tentunya asing terdengar.

bilal pilips.PNG

Cukup menantang memang, ketika belajar satu Bahasa yang bahasa pengantarnya adalah Bahasa Asing lain yang sama-sama kita bukan native di Bahasa tersebut. Banyak manfaat yang didapatkan salah satu nya adalah saya sadar bahwa kembali seperti diawal, orang-orang asing cenderung lebih sulit dalam memahami Bahasa Arab daripada orang Indonesia itu sendiri. Saya memiliki teman-teman dari Rusia, negara-negara pecahan Uni Soviet, Belanda, dan negera-negera di Eropa. Hampir sebagian besar dari mereka merasa kesulitan dalam belajar Bahasa Arab meskipun Bahasa pengantar yang di berikan adalah dengan Bahasa Inggris. Lalu, setidak-tidaknya saya mendapatkan pengalaman berharga, siapa tahu suatu hari nanti diperkenankan untuk mengajar dasar Bahasa Arab untuk orang-orang Asing yang tentunya bahasa pengantar yang digunakan adalah bukan Bahasa Indonesia. Kita pun harus mengetahui istilah-istilah Nahwu semisal Marfu’, Manshub dan Majrur dalam Bahasa Inggris misalkan menjadi accusative case, nominative case, etc…

Masa yang Akan Datang….

Bukan sebanyak apa kajian yang kita hadiri tapi sudah berapa banyak kitab yang telah tamat dipelajari?

Bukan sebanyak apa kitab yang sudah dipelajari tapi sudah berapa banyak ilmu yang diimplementasikan pada diri?

Bukan sebanyak apa ilmu engkau amalkan tapi sudah berapa yang engkau ajarkan?

Bukan sebanyak apa ilmu yang engkau ajarkan tapi sudahkan ilmu tersebut membuat kita menjadi lebih takut kepada Allah azza wa jalla atau malah sebaliknya?

Hidup ini terus berjalan, waktu terus bergulir, sudah sejauh apa diri kita bisa bermanfaat untuk orang lain? Lalu bagaimana kondisi orang-orang terdekatmu kini? Apakah semua yang sudah kamu pelajari dari A-Z hingga saat ini hanya untuk dirimu sendiri saja?

Semoga Allah azza wa jalla menjaga keluarga penulis dan memberikan keistiqomahan dalam kebaikan kepada penulis hingga wafat nya kelak, Aamiin….

Deni Setiawan

2 Rabi’ul Awal 1437 H

Kota Sejuta Taman…

Tentang Berita Yang Besar

kakek tua penghafal alquran

عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ

Tentang berita yang besar, [Surat An-Naba’ (78) ayat 2]

عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ

Tentang berita yang besar…

Itulah suara yang aku dengar dari arah belakang waktu itu, siapa gerangan?
Oh, nampaknya ada seorang kakek tua dengan alquran di pangkuannya dan terus mengulang-ngulang bacaan tersebut.

MasyaaAllah beliau sedang menghafal, tapi kok susah sekali nampaknya.

الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ

yang mereka perselisihkan tentang ini. [Surat An-Naba’ (78) ayat 3]

Lalu dia memotong menjadi,

الَّذِي هُمْ فِيهِ
الَّذِي هُمْ فِيهِ
الَّذِي هُمْ فِيهِ
الَّذِي هُمْ فِيهِ
الَّذِي هُمْ فِيهِ

dan terus diulang-ulang hingga disambung dengan potongan ayat yang selanjutnya…

مُخْتَلِفُونَ
مُخْتَلِفُونَ
مُخْتَلِفُونَ

الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ

Perfect! Akhirnya lengkap sudah ayat tersebut.

Malu diri ini dengan beliau, motivasi macam apa lagi yang ada di balik hati bapak tua itu? rasanya bukan umur yang menjadi penghalang. tapi dosa dan kerasnya hati yang membuat benteng pembatas.

Dan akhirnya bapak tua itu tak terdengar lagi suara lirih dari lisannya. Ternyata beliau terlelap tidur.

Lelah nya fisik, rasa kantuk yang berat bisa kita tahan, tapi sayang detik-detik yang sudah berlalu tak bisa kita tahan. Maka tidak ada pilihan kecuali menggunakannya untuk kebaikan.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

الشَّيْطَانُ جَاثَمَ عَلَى قَلْبِ اِبْنِ آدَمَ فَإِذَا سَهَا وَغَفَلَ وَسْوَسَ فَإِذَا ذَكَرَ اللهَ تَعَالَى خَنَّسَ

“Setan itu mendekam pada hati manusia. Jika ia luput dan lalai, setan menggodanya. Jika manusia mengingat Allah, setan akan bersembunyi.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih) -Kutipan-

Terkadang rasa cinta itu harus memilih, mana hal yang engkau harus utamakan dan mana hal yang harus di prioritas kan. Pilih banyak buka HP atau banyak buka Qur’an, pilih banyak buka HP pasti sedikit buka Qur’an, pilih banyak nge-read Qur’an, pasti sedikit nge-read notifikasi di HP. Hidup itu memang pilihan…

Mau jadi orang seperti apa kita di masa depan (re: Akhirat) ? rangkaian puzzle nya sedang kita susun sekarang bro…

HP atau alquran

If your vision doesn’t make you want to jump out of the bed in the morning, you need a new vision. (dr. Gamal Albinsaid)

Picture @Masjid Dzarratul ‘Ulum BATAN,Tamansari Bandung
Deni Setiawan

KULIAH DI BANDUNG SIAPA TAKUT ? ? ?


KULIAH DI BANDUNG SIAPA TAKUT ? ? ?

kuliah di bandungOUTLINE :

[ Pembukaan, prolog, alasan memilih kuliah dibandung, kondisi geografis kota bandung, kondisi lingkungan fisik kota bandung, kondisi lingkungan sosial kota bandung, alasan penulis kuliah di ITB, kondisi ITB, kondisi tempat kos di ITB, kondisi warung makan di sekitar kosan, biaya kuliah di ITB dan cara untuk bisa survive di ITB (financial), survive di ITB (bidang akademik), Cuma belajar ilmu dunia?, bertebarannya fitnah syahwat dan syubhat, sedikit tips untuk istiqomah ketika di kuliah di bandung dalam menghadapi fitnah-fitnah tersebut (in general) ]

Bismillah, segala puji bagi Allah azza wa jalla yang telah memberikan taufik dan hidayah kepada kita agar selalu istiqomah dalam mentauhidkan-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam para keluarganya, sahabatnya, tabiut tabiin dan semoga kita senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnah-sunnahNya. Aamin….

Kuliah di Bandung siapa takut?

Yaa, dari judulnya memang sengaja dibuat untuk memprovokasi adik-adik kelas 3 SMA yang masih bingung (re:galau) untuk menentukan dimana selanjutnya kamu harus kuliah. Bukan jadi masalah jika diantara kalian akan kuliah dikota tempat orang tua adik-adik berdomisili saat ini. Akan tetapi merupakan masalah besar bagi adik-adik yang akan kuliah ke luar kota meninggalkan orang tua tercinta, adik dan kakak di rumah.

Where is my next destination?

Bagaimana kalo saya kuliah di kota A? Atau kota B? Kata teman saya kota A begini dan begitu dari kota B ?!. Mungkin itu merupakan hal yang dibanyak dibicarakan oleh adik-adik kelas 3 SMA yang akan kuliah ke luar kota. Nah, Tulisan ini sengaja dibuat untuk sedikit memandu adik-adik yang berminat meneruskan kuliah di kota yang merupakan mother of all city in West Java(?), Bandung. Menepis semua kegalauan tentang keadaan di Bandung dan memberi sedikit gambaran secara umum tentang hal yang berhubungan dengan kuliah di Bandung.

It’s beyond my capacity.

Sebenarnya penulis merasa berat untuk menulis dengan mengangkat tema seperti ini. Namun Tim Udrussunnah terus mendesak penulis agar bisa menyelesaikan tulisan ini. Sebenarnya ini diluar kapasitas penulis, sebab penulis hanya seorang mahasiswa tingkat pertama yang belum genap menyelesaikan semester 2 nya di ITB. Walhasil penulis pun mencoba untuk berbagi sedikit cerita dengan adik-adik yang ingin kuliah di Bandung.

Bandung? Why?

Kuliah di Bandung kenapa tidak? Banyak perguruan tinggi negeri dan swasta yang berada di Bandung. UNPAD, ITB, UPI, UNISBA, UNPAS, IT TELKOM, UIN, dll yang tidak bisa disebutkan semuanya. Secara umum Faktor yang membuat kota Bandung menjadi pertimbangan yang menarik adalah letak secara geografis nya. Bayangkan jika adik-adik belajar dengan kondisi cuaca yang sejuk dan dingin*, bukankah itu merupakan suatu kenikmatan yang sangat besar? Ketika kalian butuh refreshing kalian bisa pergi jalan-jalan ke gunung tangkuban perahu yang ada kira-kira di sebelah utara kota bandung atau kamu bisa pergi ke selatan kota Bandung untuk mengunjungi gunung patuha dengan kawah putihnya yang indah, pemandian air panas, atau sekedar berbelanja strawberry untuk dibawa ke kampung halaman.

Pertokoan? Depertment store? Factory outlet? Pasar? Airport? Stasiun?

Jangan tanyakan hal tersebut pada kota Bandung. Semuanya hampir lengkap di Kota Bandung. Ya, itu karena konsekuensi Bandung sebagai ibukota Jawa Barat. Hanya bermodalkan GPS atau petunjuk jalan kamu bisa keliling Bandung untuk sekedar jalan-jalan membeli keperluan pribadi dll. Ada satu hal yang penting, karena Bandung memiliki daya tarik dari sektor wisata dan fashion maka banyak orang non-Bandung yang berkunjung kesini. Nah, Hal ini merupakan salah satu faktor mengapa di Bandung banyak titik-titik kemacetan. Klik disini utk melihat Rute angkot di kota Bandung.

Jika tadi sudah diberikan gambaran umum mengenai kondisi fisik kota Bandung, Sekarang kita beralih pada gambaran umum mengenai lingkungan sosial dan masyarakat kota Bandung. Kita mulai saja, Suku Sunda merupakan suku yang dominan di kota ini oleh sebab itu hampir semua masyarakatnya menggunakan bahasa sunda. Sebagian Masyarakatnya juga tak jarang adalah pendatang dari luar daerah Bandung seperti sumatra, jawa tengah, jawa timur, china, dll. Jadi jangan heran ada sebagian orang yang berbicara dengan bahasa jawa, padang, china, inggris, dll.

Lebih spesifik lagi penulis akan menceritakan sekilas tentang kehidupan di kampus ITB. Alasan penulis memilih ITB sebagai  tempat menunut imu dunia adalah faktor letak dan jurusan  yang akan ditekuni di program S1. Secara umum ITB merupakan kampus yang multicultural sebab mahasiswa dari sabang sampai merauke pun ada yang menempuh studi disini. Oleh karena itu saat kamu masuk ITB kamu akan merasakan kondisi yang aneh tapi menyenangkan. Kamu seperti berada di Indonesia secara utuh. Kamu bisa mendengar orang berbicara dengan bahasa daerah yang aneh ditelinga kita, dari mulai gaya bahasa yang cepat hingga yang mendayu-dayu, dari mulai orang yang berkulit putih sekali hingga orang yang berkulit hitam pekat, dari yang rambutnya lebat hingga gundul, dari style yang modern hingga orang yang ndeso, dari orang yang religius hingga orang yang atheis, dari orang yang punya pemikiran yang benar hingga pemikiran yang ngawur, dan seterusnya. Hal tersebut yang membuat ITB unik tapi dibalik keunikannya ada beberapa sisi negetif yang harus dihindari.

Kost2an disekitar ITB??

Ada banyak pilihan daerah yang dapat dijadikan daerah kost2an mulai dari yang harganya mahal dengan fasilitas seabrek hingga harganya yang murah dengan fasilitas yang seadanya. Bisa klik di sini utuk info daerah kost2an sekitar ITB. Namun intinya adalah kamu harus memperhatikan beberapa faktor ketika kamu akan hunting kost2an. Keamanan, lokasi ( dekat masjid lebih diutamakan ), kondisi lingkungan (kumuh atau gak?), kondisi masyarakat sekitar ( diwilayah pemukiman penduduk asli atau banyak anak itb yg ngekos disitu juga ), teman sebelah kamar (kalo bisa janjian sama teman yang sudah jelas reputasinya, jangan sampe dapet temen kamar sebelah yang suka nyetel musik, ngerokok, buat gaduh, dll yang bisa menghambat kita belajar), harga sesuai dengan fasilitas atau tidak?, ada parkir motor/mobil, dan seterusnya tergantung kebutuhan masing2.

Harga makanan di ITB dan sekitarnya sangatlah bervariatif dari mulai 5000-25000/sekali makan atau bahkan bisa di bawah 5000 atau di atas 25000. Di beberapa fakultas di ITB sudah menyediakan kupon makan siang yang disediakan bagi beberapa mahasiswanya untuk meringankan beban mereka. Hal yang penting tentang makanan ini adalah Kebersihan dan gizi. Jangan sampai kalian punya masalah dalam kesehatan yang dapat menggangu proses studi kalian hanya karena makanan yang dikonsumsi tidah bersih atau sedikit gizinya.

Biaya kuliah di ITB sangat-sangat terjangkau bagi kalangan atas maupun menengah hingga menengah kebawah. Setiap insan di muka bumi ini telah ditetapkan rizkinya oleh Allah azza wa jalla, oleh sebab itu kita tidak usah ambil pusing dan yang terpenting adalah bagaimana usaha kita dalam meraih sesuatu tersebut dengan senantiasa bertawakal total kepada Allah. Sebagaimana telah digambarkan dalam hadits shahih.

Rasul yang mulia telah mengabarkan:

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُوْا خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian itu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung-burung diberi rezeki. Mereka terbang dalam keadaan lapar dan pulang kembali ke sarang mereka dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad 1/243, At-Tirmidzi no. 2344, dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi dan Ash-Shahihah no. 310)

Di ITB sendiri sangat banyak beasiswa yang tersedia dan karena saking banyaknya ITB sendiri bingung untuk memberi beasiswa kepada siapa. Untuk mendapatkan beasiswa yang tersedia di ITB cukup mudah, hanya mengikuti prosedur yang ada dan melengkapi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dengan baik, benar, dan jujur. InsyaAllah setiap kesulitan yang ada akan selalu diberikan solusinya. Tetap semangat, karena ITB tidak akan mengeluarkan (DO) mahasiswa yang tersandung masalah  finansial.

Selengkapnya >> www.itb.ac.id >> www.masukitb.com

Tak jarang pula sebagian mahasiswa ITB melakukan berbagai usaha seperti jualan, ngajar bimbel dsb untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, selain bergantung pada beasiswa atau kiriman uang dari orang tua saja. Intinya banyak cara halal yang bisa dilakukan untuk sekedar mencari uang tambahan untuk bisa survive di Bandung. Adapun untuk bisa survive di ITB khususnya di bidang akademik kembali kepada cara belajar masing-masing, ITB sudah banyak menyediakan sarana-sarana yang bisa kamu manfaatkan untuk belajar hal-hal yang baru dan menimba ilmu dunia lebih banyak lagi.

CUMA BELAJAR ILMU DUNIA? BERAPA LAMA LAGI WAKTU HIDUPMU?

SUDAHKAH KAMU MEMPERSIAPKAN KEHIDUPAN NAN ABADI NANTI?

JIKA BELUM , SEGERA SIAPKAN DARI SEKARANG JUGA !!

            Akankah kalian hanya fokus dalam menuntut ilmu dunia saja sedangkan ilmu agama, [ilmu yang akan membimbing diri kita untuk senantiasa berada di jalan yang lurus tauhidullah (mentauhidkan Allah ), ilmu yang membuat kita bisa membedakan antara yang haq dan yang batil, ilmu yang dengan kita menempuhnya maka Allah azza wa jalla akan memudahkan jalan kita menuju syurga] tidak kita pelajari dengan sungguh-sungguh ??.

Tidak sedikit ada mahasiswa yang tatkala SMA dia adalah orang yang terlihat religius dimata teman2nya, rajin ibadah, suka ngaji, tidak pernah merokok, dan tidak melakukan hal-hal yang sia-sia bahkan puasa senin kamis pun tidak pernah absen namun sekarang berubah 180 derajat hanya karena salah pergaulan. Begitu banyak fitnah syahwat dan syubhat yang pasti kalian akan hadapi ketika tinggal di kota Bandung ini. Janganlah heran jika kalian akan melihat banyak wanita-wanita dengan pakaian yang tidak pantas untuk dipakai di kota dengan cuaca yang dingin seperti ini, membuka aurat seenaknya dsb. Semoga Allah senantiasa menjaga kita semua.

Tidak luput pula di kota Bandung ini pemikiran-pemikiran menyimpang yang secara perlahan tapi pasti menghancurkan kemurnian ajaran Islam dari segala penjuru. Bahkan Nabi yang kita cintai, Muhammad Shalallahu alaihi wassalama sangat mengkhawatirkan 2 fitnah tersebut.

KEKHAWATIRAN RASULULLAH TERHADAP PENYAKIT SYUBHAT DAN SYAHWAT

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam telah mengkhawatirkan fitnah (kesesatan) syahwat dan fitnah syubhat terhadap umatnya.

Beliau bersabda:

فَوَاللَّهِ لَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kamu. Tetapi aku khawatir atas kamu jika dunia dihamparkan atas kamu sebagaimana telah dihamparkan atas orang-orang sebelum kamu, kemudian kamu akan saling berlomba (meraih dunia) sebagaimana mereka saling berlomba (meraih dunia), kemudian dunia itu akan membinasakan kamu, sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan lainnya dari Amr bin Auf Al-Anshari)

Dalam hadits lain beliau bersabda:

إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَ فُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْفِتَنِ

Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti nafsu pada perut kamu dan pada kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan. (HR. Ahmad dari Abu Barzah Al-Aslami. Dishahihkan oleh Syeikh Badrul Badr di dalam ta’liq Kasyful Kurbah, hal: 21)

Syahwat mengikuti nafsu perut dan kemaluan adalah fitnah syahwat, sedangkan fitnah-fitnah yang menyesatkan adalah fitnah syubhat.
Kedua fitnah ini sesungguhnya juga telah menimpa orang-orang zaman dahulu dan telah membinasakan mereka.

Allah berfirman:

كَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالاً وَأَوْلاَدًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلاَقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُم بِخَلاَقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِن قَبْلِكُم بِخَلاَقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أَوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

(Keadaan kamu hai orang-oang munafik dan musyirikin adalah) seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah nikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagian mereka, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu, amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. 9:69)

Lantas bagaimana agar kita bisa tetap istiqomah ditengah badai fitnah syahwat dan syubhat tersebut. Faktor yang sangat membantu kita untuk setidaknya memperkecil dampak dari badai fitnah tersebut adalah kita harus pandai-pandai dalam memilih teman bergaul dan mencari lingkungan yang islami.

Perintah Agar Bergaul dengan Orang-Orang yang Sholih

 

Allah menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu menguatkan iman para  shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka.

Allah Ta’ala berfirman :

وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran: 101).

Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119).

Berteman dengan Pemilik Minyak Misk

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa) Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”

Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih teman bergaul. Jauhilah teman bergaul yang jelek jika tidak mampu merubah mereka. Jangan terhanyut dengan pergaulan yang malas-malasan dan penuh kejelekan. Banyak sekali yang menjadi baik karena pengaruh lingkungan yang baik. Yang sebelumnya malas shalat atau malas shalat jama’ah, akhirnya mulai rajin. Sebaliknya, banyak yang menjadi rusak pula karena lingkungan yang jelek.[1]

Walhamdulillah ‘ala kulli hal, selama 1 tahun kurang kuliah di ITB, penulis telah diberikan kemudahan dan taufik dari Allah azza wa jalla dalam menghadapi cobaan-cobaan yang ada, walaupun pastilah penulis sudah terjatuh bangun berkali2 agar bisa tetap istiqomah di jalan yang Haq ini. Karena setiap anak adam pasti bersalah/berdosa namun sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang segera bertobat. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya agar tetap istiqomah dijalan yang lurus ini. Dan semoga Allah memberi pahala dan menjadikan tulisan ini sebagai amal shaleh penulis yang bisa memberatkan timbangan di yaumul hisab nanti.

Penulis pun bersyukur bisa bertemu teman-teman dan kakak tingkat di udrussunnah ITB. Di Udrussunnah penulis telah menemukan lingkungan yang baik yang sangat membantu untuk terus memperbaiki diri. Jazakumullahukhairan M.Nur faqih, Zuhroni, Hammas, Robby, Adam, mas Gema, mas Agus,mas Ridho, Rifky, dan semua teman di Udrussunnah yang tidak penulis sebutkan satu persatu. Semoga kita semua di berikan kemudahan dalam menimba ilmu syari dan bisa mendakwahkan teman-teman kita minimal yang ada di kota Bandung ini. Semoga semakin banyak faidah yang bisa diambil dari kajian-kajian islam ilmiah yang selama ini sudah terlaksana. Jadwal kajian bisa dilihat disini.

Akhir kata dari penulis bahwa Dakwah ahlussunnah ini adalah dakwah yang selalu menyerukan kalimat tauhid, dakwah yang penuh hikmah dalam penyampaiannya, dakwah yang penuh dengan dalil dan argumentasi dari alquran dan sunnah dengan pemahaman generasi terbaik dari umat ini yaitu para Shahabat radhiyallahu anhum ajma’in. Dakwah ini tidak memerlukan kita semua yang berada didalamnya karena tanpa kehadiran kita pun dakwah tauhid ini akan tetap selalu ada dan di tolong oleh Allah azza wa jalla dengan orang-orang yang diberi taufik dan pertolongan oleh-Nya.

Semua kebenaran dari tulisan ini berasal dari Allah azza wa jalla, dan kecacatan yang ada didalamnya murni berasal dari penulis. Washalallahu ala muhammad, wa akhiru da’wana anilhamdulillah hirrobbil ‘alamin.

Diselesaikan di Bandung, 30 Maret 2013

Deni Setiawan, ITB 2012

[1] http://rumaysho.com/belajar-islam/akhlak/3205-pengaruh-teman-bergaul-yang-baik.html

[*] dibeberapa tempat tertentu

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑