time for change

Rasa sungkan dan malu terkadang meliputi diri kita ketika melaksanakan sesuatu yang bernilai ibadah namun banyak orang yang tidak terbiasa dengan hal tersebut. Betapa banyak orang yang malu-malu tatkala mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya sesama Muslim yang sudah dikenal, apalagi yang belum kenal sama sekali -Pastilah rasa sungkan itu lebih besar lagi-.

Tidak diragukan lagi bahwa salam yang dimaksud adalah ucapan ‘Assalamu’alaikum‘ atau lebih baik lagi ‘Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh‘. Bukan ucapan gaya barat atau sapaan gaul lainnya. Adakah yang lebih baik ucapan selain ucapan diatas? Bukankah ucapan salam tersebut mengandung secarik do’a yang luar biasa? Namun sangat disayangkan sebagian saudara-saudara kita masih lelap tertidur dari kandungan isinya, sebagian umat Islam masih berbalut malu kelembutan tatkala mengucapkannya, sebagian dari kita masih menyukai sapaan gaul zaman ini ketimbang sebuah bait do’a yang sangat agung tersebut.

Saat kita terpaksa melihat realita yang ada. Ucapan salam yang diucapkan selain ucapan ‘Assalamu’alaikum‘, terkadang tidak lebih dari sebuah basa-basi belaka. “Hey broo, what’s up broo, good morning brother dst” sering kali diucapkan hanya untuk memecah kesunyian suasana. Tak jarang hati-hati diantara mereka tidak menunjukkan rasa saling mengasihi satu sama lain. Akhir zaman seperti ini sudah terlalu mahal arti sebuah ketulusan hakiki, dan sudah terlalu banyak obral basa-basi ditabur disegala penjuru. Betapa banyak manusia yang telah hilang dari hatinya rasa saling mengasihi satu sama lain. Jasad mereka tampak bersatu dengan balutan senyum dan iringan sapaan-sapaan kosong makna, namun hati mereka tetaplah berpecah satu sama lain.

Kita tidak sedang membicarakan siapa-siapa karena sangat disayangkan sekali hal ini terjadi ditubuh-tubuh persatuan dan persaudaraan umat Islam. Kata “Persatuan” dan “Saling mengasihi” begitu dimimpi – mimpikan oleh Umat Islam di akhir zaman seperti ini. Ibarat barang langka yang hilang entah kemana, laksana sebuah harta yang terkubur di sebuah peti. Kesana kemari mencari cara untuk membuka peti tersebut, namun mereka telah dilupakan bahwa kunci peti tersebut berada didalam saku baju nya sendiri. Sungguh miris bukan?

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim.

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)

Pernyataan Rasulullah shalallahu ‘alahi wassalam begitu sistematis. Pertama, beliau bersabda لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُواKalian tidak akan masuk syurga sampai kalian beriman” kemudian beliau mengkaitkan kesempurnaan Iman seseorang dengan urgensi saling mencintai (re: saling mencintai kerena Allah azza wa jalla). Setelah itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan cara terbaik sehingga diantara kita bisa saling mencintai satu sama lain. Beliau bersabda أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْSebarkanlah salam diantara kalian”.

Metode terbaik untuk menjalankan hidup yang madani tidaklah dapat tercapai kecuali jika kita mengikuti metode terbaik pula. Tak usah kita berfikir terlalu jauh, biarlah realita yang membungkam semuanya. Bagaimana mungkin hanya dengan mengucapkan salam, kita bisa saling mencintai? Bagaimana mungkin rasa saling mencintai diantara sesama umat Islam akan tumbuh bersemi dengan washilah menebar sebuah kalimat yang tidak memakan waktu lebih dari 3 detik tersebut? Biarlah hati-hati yang hanif yang akan merasakan sensasi rasa persaudaraan itu tumbuh bersemi. Biarlah pengalaman para penebar salam yang menceritakan “rasa” saling mencintai itu benar-benar hadir. Benarlah ucapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam” bahwa kalimat ‎ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ bukanlah kalimat basa basi belaka jika diucapkan dengan penuh keyakinan dan ketulusan terlebih lagi jika dibalut dengan niat mengikuti tuntunan yang diajarkan oleh Manusia terbaik di alam ini shalallahu ‘alaihi wassalam.

Al-Imam An-Nawawi menjelaskan dalam Syarah Shahih Muslim (2/35) dalam hadits ini terdapat anjuran kuat untuk menyebarkan salam dan menyampaikannya kepada seluruh kaum muslimin, baik yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal.

Oleh karena itulah, sudah selayaknya kita bersama-sama mengembalikan sunnah yang saat ini telah tertukar dengan tandingan-tandingan ucapan penuh basa basi. Dengan menghidupkan salam kepada orang lain baik yang kita kenal maupun tidak, insyaaAllah rasa saling mencintai akan kembali menyatukan hati-hati kaum muslimin. Mimpi yang terkubur kembali terkuak. Indahnya persatuan akan kembali kepangkuan Umat Islam diseluruh dunia, disaat musuh-musuh Islam kini tertawa melihat kaum Muslimin berpecah belah.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Deni Setiawan

-saudaramu yang sangat mengharapkan ampunan-Nya-

Sabtu, 27 Syawwal 1435 H/ 23-08-2014 8.08 WIB

dimuat pula di majalah Al-Hidayah edisi 1
http://issuu.com/udrussunnahbandung/docs/majalah_al-hidayah_edisi_1/0